Senin, 06 Oktober 2014

Asam Lemak Omega-3 Bisa Jaga Otak Agar Tetap ‘Muda’



Wanita lanjut usia dengan kadar asam lemak omega-3 yang tinggi dalam darahnya cenderung mengalami penyusutan otak lebih sedikit dibandingkan dengan wanita lanjut usia yang kadar asam lemak omega-3-nya rendah, sebuah penelitian baru menunjukkan. 

Asam Lemak Omega-3 dan Penyusutan Otak

asam lemak omega-3 bagi otak
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa omega-3 dapat melindungi otak dari hilangnya volume otak yang umumnya terjadi pada usia lanjut, di mana menurunnya volume otak bisa lebih parah pada mereka yang mengalami demensia, ujar para peneliti.
“Otak akan semakin mengecil selama proses penuaan, yakni sekitar 0,5 persen per tahun setelah usia 70 tahun. Namun apabila seseorang pada usia tersebut memiliki demensia, maka penyusutan tersebut akan semakin cepat,” ujar James Pottala, pemimpin penelitian.
Dia dan timnya menganalisis data dari Women Health Initiative Study Memory untuk melihat apakah omega-3 bisa dikaitkan dengan penyusutan otak pada umumnya, memori, dan juga proses kognitif lainnya. Data-data yang digunakan mencakup lebih dari 1.100 wanita yang rata-rata berusia 70 tahun dan tidak memiliki tanda-tanda demensia di awal penelitian. Pada saat itu, jumlah asam lemak omega-3 Eicosapentaenoic (EPA) dan Decosahexaenoic (DHA) dalam sel darah mereka diukur oleh para peneliti.
DHA menyumbang 30 hingga 40 persen dari asam lemak omega-3 yang ditemukan dalam membran sel otak, khususnya terkonsentrasi di dekat sinapsi, di mana sel-sel berkomunikasi satu sama lain, ungkap Pottala. Hal ini juga ia catat bersama rekan-rekannya ke dalam laporan mereka yang diterbitkan dalam jurnal Neurology. Kadar sel darah merah yang mengandung omega-3 merupakan indikator yang baik dari seberapa banyak seseorang mengonsumsinya, para peneliti menambahkan.
Para peneliti menggunakan indeks omega-3 untuk menggambarkan kadar asam lemak tersebut yang ada pada para peserta penelitian dan membagi mereka menjadi beberapa kelompok. Kelompok dengan kadar tertinggi memiliki indeks rata-rata sekitar 7,5 persen, sementara kelompok dengan kadar terendah memiliki indeks rata-rata sekitar 3,4 persen.
Delapan tahun setelah darah peserta penelitian diuji , mereka menjalani MRI untuk mengukur volume materi abu-abu dan materi putih di otak mereka. Para peneliti menemukan bahwa wanita dengan kadar darah EPA dan DHA tertinggi pada awal penelitian memiliki otak sekitar dua sentimeter kubik lebih besar secara keseluruhan dibandingkan wanita dengan kadar terendah.
Selain itu, hippocampus, yakni suatu area otak yang penting untuk membentu dan menyimpan memori, diketahui 2,7 persen lebih besar pada wanita yang memiliki kadar asam lemak omega-3 dua kali lebih tinggi dari rata-rata. Dari 13 area otak tertentu, para peneliti melihat bahwa hippocampus adalah satu-satunya di mana mereka melihat perbedaan yang signifikan. Analisis tersebut disesuaikan dengan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi ukuran otak wanita, termasuk pendidikan, usia, kondisi kesehatan lainnya, apakah merokok, dan juga olahraga. Para peneliti tidak mengukur fungsi kognitif, hanya volume otak saja, sehingga mereka tidak dapat mengatakan apakah perbedaan ukuran yang mereka lihat mempunyai hubungan dengan perbedaan dalam risiko kehilangan memori dan demensia.
Para peneliti mengakui ada keterbatasan dalam laporan mereka, termasuk bahwa mereka tidak melihat apakah asupan omega-3 para peserta telah berubah dari waktu ke waktu atau tidak. Ada kemungkinan bahwa beberapa peserta telah mengubah pola makan mereka atau baru saja mulai mengonsumsi minyak ikan maupun makanan ber-omega-3 lainnya dalam waktu dekat sebelum penelitian berakhir. Namun demikian, dalam penelitian sebelumnya, ia dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa kadar sel darah merah EPA dan DHA dan pengonsumsian ikan pada masyarakat, umumnya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Pottala mengatakan tingkat darah tinggi asam lemak omega 3 dapat dicapai dengan perubahan pola makan , sepertimakan ikan yang mengandung omega-3 dua kali seminggu atau mengonsumsi suplemen minyak ikan.
Dikarenakan penelitian ini tidak membuktikan bahwa kadar omega-3 adalah penyebab perbedaan ukuran otak, atau memiliki efek pada fungsi kognitif, para peneliti mengingatkan bahwa penelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk mengetahui apakah meningkatkan asupan omega-3 akan membuat perbedaan terhadap kesehatan otak.
via NewsMaxHealth 

1 komentar:

  1. Ass. perkenalkan saya Merlyana S.Q dari kelas IX-A
    izin bertanya, bagaimana cara menghilangkan kecanduan pada rokok? terimakasih.. :)

    BalasHapus